jpnn.com – “Tolong minta tempat duduk di tengah”.
Itulah pilihan saya kalau naik bus. Bukan di depan, yang posisi tempat duduknya di depan roda atau di atas roda.
Saya perlu posisi yang lebih stabil: ingin banyak membaca dan menulis. Tidak mudah pusing. Posisi tengah lebih stabil: antara roda depan dan roda belakang.
Yang saya hindari total adalah duduk di kursi belakang. Apalagi paling belakang. Posisi kursinya di belakang roda. Bisa terbang saat membaca: termasuk huruf-hurufnya.
“Jangan paling belakang,” kata saya setelah tahu bagian tengahnya pun sudah penuh. Saya sudah tua. Anak muda yang banyak pilih duduk di belakang. Apalagi yang lagi pacaran.
Ampun. Ini perjalanan panjang: 12 jam. Dari Madinah ke Riyadh. Kenapa tidak bisa duduk yang sesuai dengan kursi pilihan.
“Bus penuh. Yang ada tinggal satu kursi. Anda pembeli tiket terakhir”.